Hipnotis

Share this post!

Hai semua! Hai internet! Saya Adela.

Kali ini saya mau curhat cerita lagi. Ini kejadiannya udah lama banget, kira-kira 4 tahun yang lalu.

Jadi gini, waktu itu saya lagi jalan kaki menuju sebuah toko buku. Hari itu puanas nya luarbiasa. Ibaratkan kalau ada yang lagi jemur baju, 15 menit juga udah kering lah. Karena saking panasnya dan kebetulan di dekat toko buku itu ada toko es krim, jadi saya memutuskan tali silaturahim. Eh, maksudnya memutuskan untuk beli es krim dulu sebelum ke toko buku.

Di perjalanan, dan sejauh mata memandang #azek saya melihat sesosok pria berdiri di tengah jalur pejalan kaki yang akan saya lalui. Wajahnya samar-samar, tidak begitu jelas. Ternyata.., saya lagi bersihin kacamata. Saya semakin mendekati pria itu karena jalan itulah satu-satunya jalan menuju toko buku yang saya tuju. Semakin mendekat dan semakin terlihat jelas wajahnya.

Mysterious Man Clip Art - Clip Art Library
Sumber: Google

Posisi saya sekarang udah beberapa jengkal di depan pria itu (perkiraan aja). Dengan sangat cermat dan kurang kerjaan, saya pun mulai menganalisis gaya pakaiannya. Dia cuma pakai kemeja hitam, celana hitam, sepatu hitam, dan ransel hitam. Dengan begitu, saya berhipotesis bahwa dia orang yang mau ngelayat atau emang nggak punya selera warna lain.

Hingga suatu ketika dia menyapa saya secara tiba-tiba, “Dik, boleh ganggu waktunya sebentar gak?”. Saya yang masih memikirkan rasa es krim yang mau saya beli, tiba-tiba kaget. Lalu saya berbicara dalam hati, “ini siapa sih? Belum kenal kok udah coba-coba mau ganggu waktu saya?!?”, dengan tatapan sinis kayak adegan di sinetron gitu.

How to Hypnotize Someone (with Pictures) - wikiHow
Sumber: Google

Karena saya orangnya baik (baca: polos), jadi saya jawab dengan berkata “ada apa ya mas?”. Lalu dia menjawab, “iya, jadi saya dari perusahaan bla bla bla..”. Setelah mendengar kalimat pembuka itu dan dari detik itu juga saya kecewa se kecewa-kecewanya, ternyata dia mas mas yang mau ngajak saya buat ikut suatu program. Padahal awalnya saya kira dia cuman mau nanyain saya udah jomblo berapa lama, taunya bukan nanyain itu. Lalu dia mengucapkan sebuah kalimat sakti, “tenang dik, saya nggak akan minta sumbangan kok. Saya kan nggak bawa kencleng” sambil memperlihatkan telapak tangannya yang kosong itu, yang keliatannya kebih kayak murid yang lagi nunjukin tangan buat dipukulin penggaris sama guru.

Baca Juga  Menunggu Cerita Selanjutnya.

Keadaan semakin memanas, dan saya pun udah mulai nggak fokus buat dengerin pidatonya si mas. Pikiran saya lagi fokus dipemilihan rasa es krim yang akan saya beli nantinya (ngelanjutin pemikiran pas jalan tadi). Udah terhitung lima belas menit dia pidato, dan belum selesai juga. Kalau saya potong pidatonya lalu cabut pergi ke toko es krim kan nggak sopan. Nanti malah dikira orang nggak tau diri.

Singkat cerita (karena nggak mungkin saya tulis pidatonya), sejak dia nyebut kalimat sakti tadi, hati saya jadi jauh lebih tenang untuk dengerin pidatonya dia. Dengan nada sok ngerti saya cuman bilang “Oh gitu ya mas, iya iya..”. Lalu setelah 20 menit berlalu, dia akhirnya menutup pidatonya dengam sebuah kalimat, “Iya jadi gitu dik. Nah ini voucher yang saya bicarain tadi, harganya 100 ribu. Dengan itu, adik bisa membantu program saya”. Saya yang tadinya lagi bengong karna dongeng dia yang terlalu panjang tiba-tiba dikagetkan dengan kalimat itu. Jantung saya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, apakah ini artinya… (Oke tau kok garing).

Ini Dia 5 Rubik 3x3x3 Terbaik Di Bawah 100 Ribu
Sumber: Google

Karena saya ada di posisi yang ‘nggak tau harus ngapain’ akhirnya saya ambil dompet lalu mengeluarkan satu-satunya uang merah yang saya punya. Eh bentar, jangan iba dulu. Sisa uang saya emang 50ribuan semua, tenang… Sambil memberikan uang itu, sambil menatap mas mas itu sambil seakan berkata “Asem! Kalau mau minta uang bilang dari awal kek, biar saya tolak dari awal!”. Lalu akhirnya pertemuan kami berakhir di sana.

Lalu seminggu setelah kejadian itu saya baru menyadari bahwa ternyata waktu itu saya dihipnotis. Iya, hipnotis. Dihipnotis dengan kalimat saktinya itu. Yang seakan-akan meyakinkan saya untuk tidak mengeluarkan uang sepeser pun sehingga saya bisa lebih menikmati pidatonya. Dan pada akhirnya dia memanfaatkan kesempatan pas saya ‘nggak tau mau ngapain’. Kalau saya tolak langsung bisa aja sih, tapi dia kan udah pidato panjang tadi. Jadinya nggak enak kalau nggak ngasih.

Baca Juga  Personal Truth vs Objective Truth: Pilih jurusan Kuliah!

Jadi, pesan saya buat kalian, kalau ada orang yang nggak dikenal jangan langsung direspon. Kita kan nggak tau dia bakal jahat atau baik sama kita.

Sekian dulu ceritanya, semoga bisa diambil hikmahnya dan terima kasih udah baca sampai akhir 🙂

Eits, seperti biasa, jangan dulu kemana-kemana, komentarin dulu dong post yang ini, hehe..

Sampai jumpa di post saya selanjutnya!

Bubye!

Share this post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *